Pada waktu kecil,
kadang aku diajak oleh ibuku jalan-jalan pagi sekali.
berhubung perkampunganku dulu masih sepi penghuni, sehingga kalau jalan ke sawah belakang rumah, kami sudah bisa melihat pegunungan lawu, dengan lampu yang banyak dan berkerlap-kerlip.
dengan udaranya yang sejuk
.... kita tidak tahu saat kita lahir , bagaimana nasib kita dan kapan kita mati, yang kita tahu hanya menjalani dengan ikhlas , sabar dan selalu mohon tuntunanNYA. Blog ini dibuat untuk menceritakan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga tiada. Puji Syukur bagi Tuhan yang menciptakan aku merasakan hidup di dunia. Terimakasihku tak terhingga bagi Bapak dan Ibu. yang telah merawat aku dari kecil hingga besar, dan selalu menuntunku ke jalan yang baik.
Jumat, 05 Desember 2014
Rabu, 16 Juli 2014
Masa STM
aku diterima di sekolahan bergengsi di STM Mikael saat itu.
nilai NEM-ku termasuk tinggi pada waktu itu. Tuhan mulai membimbingku dalam setiap langkahku.
nilai NEM-ku termasuk tinggi pada waktu itu. Tuhan mulai membimbingku dalam setiap langkahku.
Masa SD
Masa-masa SD adalah masa dimulainya tonggak ilmu pengetahuanku.
aku gemar sekali membaca , menggambar dan semua yang berhubungan dengan cerita.
dari semua itu, menggambarlah yang paling aku suka dan paling aku bisa, tak heran bila teman-temanku sering memuji dan mencontoh hasil gambaranku.
teman-temanku yang paling aku ingat dan semoga Tuhan selalu memberikan rahmat pada mereka :
Sugiyono = orangnya polos , sering memberi pinjaman pensil dan penghapus padaku.
Daliman = orangnya wagu, sohib (sering brantem dan sering berangkulan denganku).
Marjanto = hobinya menyanyi lantang, idealis.
Sugiman = pendiam , sering berantem.
Rujianto = pintar, tapi sering menggangguku
Supono = Pintar, idealis.
pada masa SD ini , kelas 1 SD sampai 3 SD aku sudah dididik untuk belajar dan bekerja, pulang sekolah membantu mbak titik menunggu warung.kelas 4 sampai 6 SD aku mulai menggembala itik.
aku gemar sekali membaca , menggambar dan semua yang berhubungan dengan cerita.
dari semua itu, menggambarlah yang paling aku suka dan paling aku bisa, tak heran bila teman-temanku sering memuji dan mencontoh hasil gambaranku.
teman-temanku yang paling aku ingat dan semoga Tuhan selalu memberikan rahmat pada mereka :
Sugiyono = orangnya polos , sering memberi pinjaman pensil dan penghapus padaku.
Daliman = orangnya wagu, sohib (sering brantem dan sering berangkulan denganku).
Marjanto = hobinya menyanyi lantang, idealis.
Sugiman = pendiam , sering berantem.
Rujianto = pintar, tapi sering menggangguku
Supono = Pintar, idealis.
pada masa SD ini , kelas 1 SD sampai 3 SD aku sudah dididik untuk belajar dan bekerja, pulang sekolah membantu mbak titik menunggu warung.kelas 4 sampai 6 SD aku mulai menggembala itik.
Jumat, 25 April 2014
daftar masuk sekolah
DAFTAR MASUK SEKOLAH
Pada Suatu sore sebelum tidur , ibuku bilang, “ Le sesuk
sekolah yo le, ben pinter ?”.
“ Yo bu “ jawabku dengan hati senang sekali, karena melihat
kakak-kakakku setiap pagi membawa tas ke sekolah, aku selalu pingin sekolah.
Aku langsung tidur dan berharap
segera pagi, supaya segera didaftarkan ke sekolah.
Aku masih tidur kelon sama ibu,
sebab amben besar di jejer itu hanya yang kami punya.
Keesokan paginya aku dibangunkan ibu. Seperti biasa karena
aku anak bungsu aku minta gendong ibu, lalu turun dikursi dekat meja makan. Di
situ sudah disediakan susu dan teh .
Sesudah minum susu, aku disuruh mandi di jembangan. Dan
disuruh gosok gigi dengan sikat gigi kecil.
Setelah itu aku disuruh sarapan nasi dan telor ceplok
kesukaanku. Hari itu adalah hari yang tak pernah aku lupa. Semua diawali dengan
bahagia sekali.
Ternyata ibuku sudah membelikan aku sepatu boot plastik
warna merah.
Aku berangkat ke sekolah dengan bangganya, meski baru akan
mendaftar.
Sedangkan ibu mengantar aku dengan memakai kebaya dan
selendang. Kami berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, meski ada sepeda tapi
ibu tidak bisa naik sepeda.
Sampai di sekolah , kami diterima oleh pak warno, lalu di
daftar sebagai murid di SD Langenharjo dengan data yang dilihat dari surat
keterangan lahir ( surat kelahiran).
Tapi sebelum didaftar, aku disuruh memegang telinga dengan
melingkarkan tangan diatas kepala ( ini formalitas saja) dan aku bisa memegang
teling.
Menurut cerita kakak-kakakku, sebelum tangan bisa memegang
telinga lewat atas kepala, belum boleh sekolah.
Pada saat itu aku berbarengan dengan Rino ( mbelmbong)
ketika mendaftar.
Lalu kami disuruh pulang dan disuruh menunggu tanggal masuk
sekolah.
Masa Pra Sekolah
MASA PRA SEKOLAH
Hari-hariku
selalu dipenuhi dengan permainan, mulai dari permainan tradisional hingga
permainan pabrikan.
PERMAINAN KELOMPOK /
DENGAN LAWAN
Banyak
sekali permainan kelompok yang dimainkan orang saat aku masih kecil, contohnya
:
Dakon
Untuk permainan congklak ini
diperlukan 98 biji sawo. Masing- masing sisi congklak yang memiliki 7 buah
lubang, diisi dengan 7 biji. Jadi, masing- masing pemain memiliki 49 biji kecik
yang siap dimainkan. Sedangkan lubang yang berada pada ujung papan congklak
dikosongkan untuk menampung sisa biji ketika permainan dijalankan.
Pada masyarakat tradisional Jawa, congklak biasa dimainkan oleh anak- anak hingga dewasa, terutama wanita, karena permainan ini identik dengan dunia wanita. Tidak ada yang tahu kenapa permainan ini identik dengan wanita, namun menurut beberapa pendapat permainan ini identik dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Disadari atau tidak kaum hawa memiliki peranan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Congklak ini dianggap sebagai sarana pelatihan untuk memanajemen keuangan dalam rumah tangga nantinya.
Filosofi permaianan dakon
Pada papan congklak terdapat 7 lubang dan masing- masing berisi 7 biji, 7 adalah jumlah hari dalam satu minggu. Jumlah biji yang ada pada lubang kecilpun sama. Artinya, tiap orang mempunyai waktu yang sama dalam seminggu, yaitu 7 hari.
Ketika biji diambil dari satu lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang pada lumbung. Pelajaran dari fase ini adalah, setiap hari yang kita jalani, akan berpengaruh pada hari-hari kita selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi sangat bermakna bagi orang lain.
Ketika biji diambil, kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa hidup itu harus memberi dan menerima. Tidak selalu mengambil, namun juga memberi. Untuk keseimbangan hidup.
Biji diambil satu persatu, tidak dapat diambil sekaligus. Maksudnya, kita harus jujur untuk mengisi lubang pada papan congklak kita. Kita harus jujur mengisi hidup kita. Satu persatu, sedikit demi sedikit, asalkan jujur dan baik, lebih baik daripada banyak namun tidak jujur. Satu persatu biji yang diisi juga bermakna bahwa kita harus menabung tiap hari untuk hari-hari berikutnya. Kita juga harus mempunyai “saving”, yaitu biji yang berada di lubang induk.
Strategi diperlukan dalam permainan ini agar biji kita tidak habis diambil lawan. Hikmahnya adalah, hidup ini adalah persaingan, namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Karena tiap orang juga punya kepentingan dan tujuan yang (mungkin) sama dengan tujuan kita, maka kita harus cerdik dan strategis.
Pemenang adalah yang jumlah bijinya di lubang induk paling banyak, maksudnya adalah mereka yang menjadi pemenang/ mereka yang sukses adalah mereka yang paling banyak amal kebaikannya. Mereka yang banyak tabungan kebaikannya, mereka yang menabung lebih banyak, dan mereka yang tahu strategi untuk mengumpulkan rezeki.
Permainan ini sesungguhnya merupakan serpihan kecil dari unsur pembentuk budaya dan karakter bangsa. Dengan permainan ini kita bisa mengambil manfaat yang terkadang kita sendiri tidak menyadarinya. Congklak melatih kita untuk terampil, cermat, jujur, sportif, tepa selira, dan menimbulkan rasa akrab antara sesama.
Pada masyarakat tradisional Jawa, congklak biasa dimainkan oleh anak- anak hingga dewasa, terutama wanita, karena permainan ini identik dengan dunia wanita. Tidak ada yang tahu kenapa permainan ini identik dengan wanita, namun menurut beberapa pendapat permainan ini identik dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Disadari atau tidak kaum hawa memiliki peranan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Congklak ini dianggap sebagai sarana pelatihan untuk memanajemen keuangan dalam rumah tangga nantinya.
Filosofi permaianan dakon
Pada papan congklak terdapat 7 lubang dan masing- masing berisi 7 biji, 7 adalah jumlah hari dalam satu minggu. Jumlah biji yang ada pada lubang kecilpun sama. Artinya, tiap orang mempunyai waktu yang sama dalam seminggu, yaitu 7 hari.
Ketika biji diambil dari satu lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang pada lumbung. Pelajaran dari fase ini adalah, setiap hari yang kita jalani, akan berpengaruh pada hari-hari kita selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi sangat bermakna bagi orang lain.
Ketika biji diambil, kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa hidup itu harus memberi dan menerima. Tidak selalu mengambil, namun juga memberi. Untuk keseimbangan hidup.
Biji diambil satu persatu, tidak dapat diambil sekaligus. Maksudnya, kita harus jujur untuk mengisi lubang pada papan congklak kita. Kita harus jujur mengisi hidup kita. Satu persatu, sedikit demi sedikit, asalkan jujur dan baik, lebih baik daripada banyak namun tidak jujur. Satu persatu biji yang diisi juga bermakna bahwa kita harus menabung tiap hari untuk hari-hari berikutnya. Kita juga harus mempunyai “saving”, yaitu biji yang berada di lubang induk.
Strategi diperlukan dalam permainan ini agar biji kita tidak habis diambil lawan. Hikmahnya adalah, hidup ini adalah persaingan, namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Karena tiap orang juga punya kepentingan dan tujuan yang (mungkin) sama dengan tujuan kita, maka kita harus cerdik dan strategis.
Pemenang adalah yang jumlah bijinya di lubang induk paling banyak, maksudnya adalah mereka yang menjadi pemenang/ mereka yang sukses adalah mereka yang paling banyak amal kebaikannya. Mereka yang banyak tabungan kebaikannya, mereka yang menabung lebih banyak, dan mereka yang tahu strategi untuk mengumpulkan rezeki.
Permainan ini sesungguhnya merupakan serpihan kecil dari unsur pembentuk budaya dan karakter bangsa. Dengan permainan ini kita bisa mengambil manfaat yang terkadang kita sendiri tidak menyadarinya. Congklak melatih kita untuk terampil, cermat, jujur, sportif, tepa selira, dan menimbulkan rasa akrab antara sesama.
Nilai pendidikan permainan dakon
Dari permainan Congklak ini bisa mendatangkan manfaat sebagai berikut:
Dari permainan Congklak ini bisa mendatangkan manfaat sebagai berikut:
1. Sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen
keuangan.
2. Melatih untuk terampil dan cermat.
3. Melatih jiwa sportif, jujur, adil, tepa selira dan akrab
dengan orang lain
4. Menjalin kearaban dan
melatih motorik anak
Gobak Sodor
Permainan gobak sodor sangat berbeda dengan
permainan dakon yang sangat lembut permainannya. Gobak sodor memerlukan tenaga
dan ketangkasan. Di desaku permainan ini sering dilakukan sat purnama, apalagi
saat anginya semilir. Cerita dari kakungku, permaianan ini disebut dnegan gobak
sodor karena permainan ini maju mundur melalui pintu-pintu. Dalam bahasa
Belanda istilah gobak sodor artinya mungkin sama dengan kata ”Go Back Though
the Door” dalam bahasa Inggris.
Selain itu masih ada lagi permainan yang lain, namanya permainan engklek. Permainan in paling sering dimainkan oleh anak perempuan di desa saya. Permainan engklek bisanya dimainakan 2 samapai 5 orang. Cara bermainanya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yan telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus berbekal kereweng atau gacuk yang bisanya berupa pecahan genting. Kreweng ditempatkan disalah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan “sawah” yang artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Pemainan ini sangat seru karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya.
Mungkin saat ini hanya sedikit dari kita yang masih tahu jenis-jenis permainan tradisional seperti gatrik, lompat tali, petak umpet, benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dan lainnya. Bahkan bisa jadi permainan ini tidak dikenal anak-anak sekarangyang tinggal di kota-kota besar. Akan sangat menyenangkan dan beranfaat jika ada sanggar khusus untuk permainan tradisional. Terlebih di Yogya atau di Solo yang notabene adalah kota buadaya yang memiliki nilai sejarah tinggi, Jadi jangan sampai punah permainan tradisional ini.
Selain itu masih ada lagi permainan yang lain, namanya permainan engklek. Permainan in paling sering dimainkan oleh anak perempuan di desa saya. Permainan engklek bisanya dimainakan 2 samapai 5 orang. Cara bermainanya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yan telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus berbekal kereweng atau gacuk yang bisanya berupa pecahan genting. Kreweng ditempatkan disalah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan “sawah” yang artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Pemainan ini sangat seru karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya.
Mungkin saat ini hanya sedikit dari kita yang masih tahu jenis-jenis permainan tradisional seperti gatrik, lompat tali, petak umpet, benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dan lainnya. Bahkan bisa jadi permainan ini tidak dikenal anak-anak sekarangyang tinggal di kota-kota besar. Akan sangat menyenangkan dan beranfaat jika ada sanggar khusus untuk permainan tradisional. Terlebih di Yogya atau di Solo yang notabene adalah kota buadaya yang memiliki nilai sejarah tinggi, Jadi jangan sampai punah permainan tradisional ini.
Engklek
Engklek merupakan sebuah permainan dengan cara melemparkan trengkal (pecahanan
genteng berukuran + 5 x 5 Cm) yang disebut patah.. Permainan ini mengejawantahkan
usaha anak untuk membangun “rumah”-nya. Atau bisa pula bermakna sebagai
perjuangan manusia dalam meraih wilayah kekuasaannya. Namun bukan dengan saling
sruduk. Ada
aturan tertentu yang harus disepakati untuk mendapatkan tempat berpinjak.
Engklek dapat dimainkan di lapangan, halaman, jalanan atau
bahkan teras rumah, yang penting luas lahan tidak kurang dari 3 x 4 meter. Pada
lahan itu kemudian dibuat kotak-kotak dan lingkaran.
Masing-masing kotak umumnya berukuran + 30 x 60 Cm,
semen-tara panjang jari-jari lingkaran + 1 meter. Kotak dan lingkaran
tersebut dibuat dengan guratan kapur, arang atau guratan kayu di atas tanah.
Ada tiga pola yang dapat digunakan untuk bermain engklek, sebagai-mana gambar
berikut.
Engklek biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan berumur 6 – 12
tahun. Anak remaja jarang terlibat, mungkin karena “takut” dicemooh
“kekanak-kanakan” oleh teman-temannya, jika kedapatan memainkannya. Begitu pula
anak lelaki. Mereka enggan bermain engklek karena “takut” dicemooh seperti
perempuan. Permainan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun beregu. Jika
dimainkan secara beregu, satu kelompok maksimal beranggotakan 5 orang.
Cara memainkannya tidak terlalu sulit. Ketika akan memulai
permainan, terlebih dahulu peserta harus menentukan urutan giliran main
dengan cara hompimpah
dan suit.
Hompimpah akan ditempuh jika peserta lebih dari 3 orang/kelompok.
Hompimpah alaihum gambreng,
Hompimpah alaihum gambreng,
Jika pada awal hompimpah disepakati, bahwa pemenang adalah
telapak tangan terbuka, maka perserta yang telapak tangannya tertutup
dinyatakan si kalah. Hompimpah bisa dilakukan berkali-kali sampai tiap peserta
mendapatkan urutan giliran bermain.
Jika engklek hanya dimainkan oleh dua orang, maka penentuan
urutan giliran bermain akan dilakukan dengan sut
(suit). Sut adalah “mengadu” jemari tangan (jempol, telunjuk dan kelingking)
dengan ketentuan jempol mengalahkan telunjuk, telunjuk mengalahkan kelingking,
dan kelingking mengalahkan jempol.
Pemain nomor urut pertama memulai permainan dengan melemparkan patah ke kota 1. Jika
lemparannya meleset, maka ia tidak dapat meneruskan permainan, menunggu nomor
urut terakhir menyelesaikan permainan. Jika berhasil, maka dia meloncat dengan
satu kaki ke kotak 2, kemudian ke kotak 3 Pada kotak yang berpasangan dia boleh
menjejakkan kedua kakinya. Dia terus meloncat-loncat dengan satu kaki
sampai lingkaran dimana dia boleh menjejakkan kedua kakinya. Dari lingkaran,
dia memutar badan, kemudian meloncat-loncat kembali seperti sebelumnya. Pada
kota 2 dia memungut patah, loncat ke kotak 1 dan terus keluar. Selanjutnya dia
melemparkan patah ke kotak 2, kemudian meloncat-loncat kembali ke kotak-kotak
yang kosong (tidak ada patah). Kotak dimana ada patah tidak boleh diinjak.
Dengan demikian, bisa terjadi seorang pemain harus melompat dengan melewati dua
atau tiga kotak. Ketika melompat, jejakan kaki pun tidak boleh menyentuh garis
karena jika melakukannya, maka dia dianggap gugur, dan harus menunggu giliran
main. Melempar patah dan melompat dengan satu kaki terus dilakukan hingga
lingkaran. Dari sana kemudian berputar, pemain melempar patah ke
kotak-kotak yang teratas sampai yang terbawah. Pada kotak yang berpasangan,
lemparan harus ditujukan ke kotak sebelah kanan terlebih dahulu.
Seseorang dianggap telah menyelesaikan permainan jika dia telah
melempar patah ke dalam lingkaran dan bisa meloncati semua kotak sampai ke
kotak 1 dengan selamat. Pemain ini kemudian akan melempar patah ke sembarang
kotak sambil membelakangi arena permainan untuk menentukan “rumah”-nya. Di
rumah itu dia boleh memberi tanda dengan gambar apa saja, dan rumah itu tidak
bisa dikuasai oleh pemain lain, rumah tersebut menjadi wilayah kekuasaan pemain
tersebut. Barang siapa yang mempunyai banyak wilayah, maka dialah pemenangnya.
Kendati demikian, hanya pemain yang beruntung saja yang dapat
menemukan “rumah”-nya dalam satu kali lemparan. Jika lemparan patah mengenai
garis atau ke luar bidang permainan, maka dinyatakan tidak sah. Si pemain harus
melempar ulang setelah menunggu giliran pemain berikutnya menyelesaikan
permainan..
Permainan engklek biasa berlangsung antara 30 menit sampai 2
jam, bahkan bisa lebih. Namun demikian, kadang terjadi permainan berakhir
ketika pemain dipanggil pulang untuk disuruh tidur, mandi, makan atau membantu
pekerjaan orang tuanya.
Ular Naga / Jamuran
Ular
Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta
di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang
atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah
cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih,
anak-anak umur 5-12 tahun (TK – SD).
Cara
main
Anak-anak
berbaris bergandeng pegang ‘buntut’, yakni anak yang berada di belakang
berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang
anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai “induk” dan berada
paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain
sebagai “gerbang”, dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di
atas kepala. “Induk” dan “gerbang” biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas
berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang
mereka lakukan.
Barisan
akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan
terutama mengitari “gerbang” yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil
menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan
berjalan melewati “gerbang”. Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang
anak yang berjalan paling belakang akan ‘ditangkap’ oleh “gerbang”.
Setelah
itu, si “induk” –dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya– akan
berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua “gerbang” perihal anak yang
ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga
anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap
disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan
di belakang salah satu “gerbang”.
Permainan
akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak
dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap.
Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga “induk” akan kehabisan
anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya
karena sudah larut malam.
Petak
umpet Versi Bang-bangan
Petak
umpet versi bang-bangan adalah versi tempat ane tinggal gan, permainannya kaya
petak umpet biasa tapi kalo ketemu orangnya dipanggilnya bang, pas ane dulu
main ane sering ngumpet diatas pohon gan atau didalam air, kebetulan deket ama
sungai. Nih cara mainnya:
Cara
main
Semua
anak melakukan ritual “alaium gambreng”, sampai tinggal 2 anak, kemudian 2 anak
yg tersisa harus suit sampai 3x, yg kalah jaga gawang.
Yg
jaga tutup matanya, hitung sampai 10x
Teman-teman
yg nggak jaga nyari tempat untuk ngumpet.
Kalau
sudah sampai hitungan ke-10, yg jaga langsung nyari teman-temennya yg ngumpet,
kalau ketemu satu, langsung lari cepat-cepat balapan dgn temannya itu sampai ke
gawang kemudian pegang gawang sambil teriak ‘Bang’ tandanya satu orang sudah
ketemu, tinggal cari yg lainnya.
Kalau
ternyata yg duluan sampai gawang adalah temannya yg ngumpet, permainan ronde
satu langsung selesai, tapi yg jaga gawang dihukum harus jaga lagi pada
permainan ronde berikutnya.
Cublak-cublak
Suweng
“Pak
Empo lirak lirik sapa ngguyu ndeloake”.begitulah sebagian lirik dari lagu
cublak-cublak suweng. Saat itulah, yang jaga harus menebak siapa yang
menyembunyikan suweng atau anting!
Cara
main
Gambreng
dan yang kalah menjadi Pak Empo. Dia berbaring telungkup di tengah, anak-anak
lain duduk melingkar. Buka telapak tangan menghadap ke atas dan letakkan di
punggung Pak Empo.
Salah
satu anak memegang biji/ kerikil dan dipindah dari telapak tangan satu ke
telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng. “Cublak cublek
suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik,
sapa ngguyu delekake. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong”.
Pada
kalimat ”Sapa mau sing delekke” serahkan biji/ kerikil ke tangan seorang anak
untuk disembunyikan dalam genggaman.
Di
akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura
menyembunyikan kerikil, sambil menggerak-gerakkan tangan.
Pak
Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/ kerikil disembunyikan. Bila
tebakannya benar, anak yang menggenggam biji/ kerikil gantian menjadi Pak Empo.
Bila salah, Pak Empo kembali ke posisi semula dan permainan diulang lagi.
Tawon-tawonan
tawon tawonan
Tawon-tawonan
permainan yang dilakukan beberapa orang dengan satu tawon, yang kena “entup” /
sengat maka orang tersebut gantian jadi tawon.tawon-tawonan ini mirip ama
permainan kucing-kucingan+tikus tapi pemain tidak bergandengan tangan.
Cara
main
Tentukan
dulu, yang jadi tawon yang kalah atau yang menang, kemudian semua gambreng
dengan tangan bergandengan dengan lagu “sing tangane dawa masang” maksudnya
yang tangannya panjang main jadi tawon, kalau tinggal 3 anak maka dilakukan
hom-pim-pa alaium gambreng, kalo 2 orang dilakukan suit sampai ada yang jadi
tawon.
Kalau
mau selamat dari tawon, waktu tawon sudah dekat, langsung jongkok agar tidak
tersengat. Tapi baru bisa ‘hidup’ lagi kalau ada teman yg masih berdiri
membangunkan.
Kalau
mau selamat dari tawon, waktu tawon sudah dekat, langsung jongkok agar tidak
tersengat. Tapi baru bisa ‘hidup’ lagi kalau ada teman yg masih berdiri
membangunkan.
Yang
jadi tawon, kejar teman-temannya, kalau salah satu ada yg terkejar, pegang dia,
nanti dia akan langsung jadi tawon.Semakin banyak orang semakin seru.
Bedhil-bedhilan
/ Tembak-tembakan
Merupakan
permainan fiksi atau bo’ong-bo’ongan gan layaknya rambo dan tentara, kalo
ditempat ane senjatanya semua menggunakan pelepah pisang.
Cara
main
Membuat
alat tempur dengan pelepah pisang dengan macam senjata beserta bom-bomnya.
Tentukan
2 kelompok dengan masing-masing satu ketua, ketua suit dan bila kalah kalah
suit berarti itu kelompok penjahat dan yang menang menjadi kelompok tentara.
Kelompok
penjahat bajunya dikeluarkan atau di pakai setengah baju., kelompok tentara di
masukan(kan tentara kudu rapi).
Nah
seperti petak umpet, kelompok penjahat bersembunyi dan kelompok tentara
mencari.
Lalu
apabila salah satu menemukan penjahat/tentara harus cepat-cepat bilang “dor”,
siapa yang duluan tertembak itu menjadi tawanan/kalah.
Menang
dan kalah ditentukan apabila salah-satu kelompok banyak menyandra banyak
tawanan, dan kelompok yang kalah adalah kelompok yang anggotanya banyak yang
mati
PERMAINAN INDIVIDU
Mobil – mobilan
Permainan
mobil-mobilan ini adalah permainan sepanjang masa, karena permainan ini dapat
dimainkan kapanpun ( saat sendiri, mau tidur, dan dimanapun asal membawa
mobil-mobilan)
Mobil ini
adalah favoritku saat masih kecil. Mobil ini digerakkan dengan pegas, jadi
mobil didorong mundur, maka mobil akan melaju kencang ke depan.
Miniatur Tentara
Mainan ini
menjadi salah satu permainan favorit saya, karena dari sini otak kita jadi bisa
berpikir tentang strategi dan imajinasi.
Senin, 07 April 2014
Masa Kecil
Aku lahir di sebuah desa kecil di dekat pemandian para raja, keraton surakarta hadiningrat.
Di desa "Jati" inilah aku dilahirkan. Sebuah desa yang ayem tentrem , gemah ripah loh jinawi.
Aku lahir sebagai anak bungsu , anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Sulakir dan Ibu Masiyem.
1. Anak pertama : Edy Sulistyo
2. Anak kedua : Titik handayani
3. Anak ketiga : Estri Mulyani
4. Anak keempat : Indah Muryani
5. Anak kelima : Madiyono ( aku )
Pada waktu itu , pepohonan masih rimbun di setiap sudut desa, setiap rumah pasti memiliki pohon bambu , paling sedikit satu dapur, sebagai penyejuk suasana dan sebagai kebutuhan perawatan rumah.
Suasana desa Jati saat itu, jauh dari keramaian, yang terdengar hanya suara - suara alam setiap waktunya. Pada waktu pagi aku dibangunkan oleh ibuku , yang terdengar semua jenis suara burung ,mulai dari kutilang, srikatan, cingcing goling, derkuku, cocak, decu, kepodang dan masih banyak lagi sampai aku lupa menyebutkannya.
SUASANA PAGI
SUASANA PAGI
suasana di pagi hari , penuh dengan suara alam burung-burung berkicau, yang paling aku suka suara burung cocak dan suara burung kepodang. kalau aku bangun kesiangan , ibuku pasti membangunkan aku dengan nyanyian :
" cing - cing goling nangkrik neng ngepang, ...tangi-o tangi-o... srengenene wis duwur..."
aku langsung bangun , mengucek-ucek mata dan minta gendong sampai ke meja tempat makan dan minum.
biasanya tiap pagi ibuku membuatkan teh atau susu bubuk kaleng diseduh air hangat. atau kalau enggak ibuku membuatkan Tajin ( air yang mengental hasil menanak nasi).
sementara itu ibuku menanak nasi atau menyiapkan dagangannya yaitu jamu gendong.
RUMAH MASA KECILKU
inilah sketsa rumahku saat aku masih kecil.
kira - kira umurku 4 atau 5 tahun,karena aku belum sekolah saat itu tapi aku masih ingat kondisi rumahku saat itu.
Rumahku terbuat dari bambu anyam (gedhek) yang sudah bolong sana-sini, dengan tiang-tiang bambu dan atap genteng, serta lantai batu bata yang diurug tanah (jogan).
Teras depan hanya batu bata yang ditumpuk dengan tanah, lalu ada sebuah lincak ( sofa dari bambu).
SEBELAH BARAT RUMAH
ada rumahan kecil dari gedhek juga, sebagai gudang dan kandang ayam.
aku masih ingat didalam kandang tersebut ada kuda-kudaan kayu bekas mainan mas Edi waktu kecil.
lalu ada kebon , dengan tanaman bermacam-macam. kebanyakan singkong dan besusu (bengkoang), sebagai pagar kebon ada pohon trembesi, trembalo, asem, dan pagar belakang rumah ada pohon trembesi, jambu monyet, sogok telik. sengon. pagar depan rumah ada trembesi kelapa.
SEBELAH TIMUR RUMAH
ada sumur duduk, lalu kamar mandi yang terbuat dari gedhek juga dengan bak mandi berupa jembangan.
sumur tersebut menggunakan kerekan (roda katrol) untuk mengambil air, pada waktu itu kerekan masih langka digunakan, umumnya memakai senggot ( ungkitan dari bambu).
sedang pagar timur rumah ada pohon alpukat, dan pohon2 lainnya.
Gedhek ( bambu anyam) dilapisi dengan kotoran kerbau dan gamping (injet) , supaya bambu tidak dimakan rayap. gedhek tersebut dipasang sebagai tembok dan sebagai sekat ruang.
SEBELAH DEPAN RUMAH
Di depan rumah ada lincak yang terbuat dari bambu, kadangkala sore-sore kami duduk disini untuk bercengkrama , atau aku tiduran/duduk disini menunggu Bapak pulang kerja ( di perusahaan pengecapan batik).
Inilah skets dalam rumahku waktu aku kecil.
1. Tempat tidur besar ( Amben)
Tempat tidur ini kami pakai tidur bersama-sama waktu kecil, Aku ,mbak Titik, mbak estri, mbak indah dan ibu, tidur di tempat tidur itu bersama-sama. Kadang ibu mendongengkan cerita "Si Kancil" atau "Si Gothang karo klentreng ".
2. Tempat tidur kecil
Tempat tidur kecil ini , biasa dipakai Bapak untuk istirahat. Katanya dulu dipakai mas Edi tidur , tapi waktu aku kecil , mas Edi sudah bekerja di waduk.
3. Sepeda Kebo
Sepeda ini dulu sering di pakai mbak Titik dan Mbak Estri sekolah. Aku dulu belajar naik sepeda dengan sepeda ini juga.
4. Meja tamu
Meja ini sering dipakai untuk belajar, atau mendengarkan radio. Bapakku sering mendengarkan radio ini kalo ada siaran keroncong.
5. Dapur
Waktu aku kecil dulu, dapur ini menjadi sumber kehidupan kami, kalau pagi untuk merebus jamu godogan dan memasak. kalo sore untuk merebus lompong untuk memberi pakan babi.
6. Tempat peralatan dapur
Semua peralatan dapur digantung disini ( wajan , panci , kendil , dll)
7. Almari besar
Disini kami menyimpan pakaian jadi satu.
8. Meja kecil oval
meja ini sekarang masih ada, biasanya kami menaruh minuman atau sesaji kalo pas bakdo.
9. Almari kecil
almari kecil ini tempat menyimpan pakaian Bapak.
10. Pintu Utama
Pintu rumah bagian depan, terbuat dari bahan kayu jati , inep 2.
11. Pintu geser belakang
ini pintu belakang rumah kami, dari bahan bambu yang dibuat mirip pintu geser.
12. Pintu barat
ini pintu barat rumah kami, dari bahan bambu yang dibuat pintu geser juga.
Pada waktu aku kecil , satu kampung penuh adalah tempat aku bermain, mulai dari ujung barat sampai ujung timur aku kenal semua anak-anaknya. Aku kenal semua sudut-sudut rumah mereka.
jika kakakku sudah berangkat sekolah semua, ibuku sudah menjinjing dagangan jamunya, sedangkan bapak sudah berangkat ke tempat pekerjaan di pengecapan batik, maka tinggal aku sendiri di rumah. Sebelum aku bisa bermain sendiri aku ditipkan ke Lik Arjo. Suasana kampung sangat sepi, yang terdengar hanya suara kotek-kotek ayam mbah sumo dan suara lesung mbah reso jarkasi, kadang sayup-sayup terdengar suara dung-dung dari setuman ( daerah angker).
aku bermain dengan teman - teman sebayaku. teman-teman sebayaku yaitu sarwanto , surayem, mlinjo, mardi, pono, muji, minthul.
( Namun sekarang ibuku dan Bapak sudah tiada, Semoga Tuhan memberikan tempat di Surga , bersama para Kudus dan di sisi kanan Allah Bapa. Amin.)
" cing - cing goling nangkrik neng ngepang, ...tangi-o tangi-o... srengenene wis duwur..."
aku langsung bangun , mengucek-ucek mata dan minta gendong sampai ke meja tempat makan dan minum.
biasanya tiap pagi ibuku membuatkan teh atau susu bubuk kaleng diseduh air hangat. atau kalau enggak ibuku membuatkan Tajin ( air yang mengental hasil menanak nasi).
sementara itu ibuku menanak nasi atau menyiapkan dagangannya yaitu jamu gendong.
RUMAH MASA KECILKU
inilah sketsa rumahku saat aku masih kecil.
Rumahku terbuat dari bambu anyam (gedhek) yang sudah bolong sana-sini, dengan tiang-tiang bambu dan atap genteng, serta lantai batu bata yang diurug tanah (jogan).
Teras depan hanya batu bata yang ditumpuk dengan tanah, lalu ada sebuah lincak ( sofa dari bambu).
SEBELAH BARAT RUMAH
ada rumahan kecil dari gedhek juga, sebagai gudang dan kandang ayam.
aku masih ingat didalam kandang tersebut ada kuda-kudaan kayu bekas mainan mas Edi waktu kecil.
lalu ada kebon , dengan tanaman bermacam-macam. kebanyakan singkong dan besusu (bengkoang), sebagai pagar kebon ada pohon trembesi, trembalo, asem, dan pagar belakang rumah ada pohon trembesi, jambu monyet, sogok telik. sengon. pagar depan rumah ada trembesi kelapa.
SEBELAH TIMUR RUMAH
ada sumur duduk, lalu kamar mandi yang terbuat dari gedhek juga dengan bak mandi berupa jembangan.
sumur tersebut menggunakan kerekan (roda katrol) untuk mengambil air, pada waktu itu kerekan masih langka digunakan, umumnya memakai senggot ( ungkitan dari bambu).
sedang pagar timur rumah ada pohon alpukat, dan pohon2 lainnya.
Gedhek ( bambu anyam) dilapisi dengan kotoran kerbau dan gamping (injet) , supaya bambu tidak dimakan rayap. gedhek tersebut dipasang sebagai tembok dan sebagai sekat ruang.
SEBELAH DEPAN RUMAH
Di depan rumah ada lincak yang terbuat dari bambu, kadangkala sore-sore kami duduk disini untuk bercengkrama , atau aku tiduran/duduk disini menunggu Bapak pulang kerja ( di perusahaan pengecapan batik).
Inilah skets dalam rumahku waktu aku kecil.
1. Tempat tidur besar ( Amben)
Tempat tidur ini kami pakai tidur bersama-sama waktu kecil, Aku ,mbak Titik, mbak estri, mbak indah dan ibu, tidur di tempat tidur itu bersama-sama. Kadang ibu mendongengkan cerita "Si Kancil" atau "Si Gothang karo klentreng ".
2. Tempat tidur kecil
Tempat tidur kecil ini , biasa dipakai Bapak untuk istirahat. Katanya dulu dipakai mas Edi tidur , tapi waktu aku kecil , mas Edi sudah bekerja di waduk.
3. Sepeda Kebo
Sepeda ini dulu sering di pakai mbak Titik dan Mbak Estri sekolah. Aku dulu belajar naik sepeda dengan sepeda ini juga.
4. Meja tamu
Meja ini sering dipakai untuk belajar, atau mendengarkan radio. Bapakku sering mendengarkan radio ini kalo ada siaran keroncong.
5. Dapur
Waktu aku kecil dulu, dapur ini menjadi sumber kehidupan kami, kalau pagi untuk merebus jamu godogan dan memasak. kalo sore untuk merebus lompong untuk memberi pakan babi.
6. Tempat peralatan dapur
Semua peralatan dapur digantung disini ( wajan , panci , kendil , dll)
7. Almari besar
Disini kami menyimpan pakaian jadi satu.
8. Meja kecil oval
meja ini sekarang masih ada, biasanya kami menaruh minuman atau sesaji kalo pas bakdo.
9. Almari kecil
almari kecil ini tempat menyimpan pakaian Bapak.
10. Pintu Utama
Pintu rumah bagian depan, terbuat dari bahan kayu jati , inep 2.
11. Pintu geser belakang
ini pintu belakang rumah kami, dari bahan bambu yang dibuat mirip pintu geser.
12. Pintu barat
ini pintu barat rumah kami, dari bahan bambu yang dibuat pintu geser juga.
Pada waktu aku kecil , satu kampung penuh adalah tempat aku bermain, mulai dari ujung barat sampai ujung timur aku kenal semua anak-anaknya. Aku kenal semua sudut-sudut rumah mereka.
jika kakakku sudah berangkat sekolah semua, ibuku sudah menjinjing dagangan jamunya, sedangkan bapak sudah berangkat ke tempat pekerjaan di pengecapan batik, maka tinggal aku sendiri di rumah. Sebelum aku bisa bermain sendiri aku ditipkan ke Lik Arjo. Suasana kampung sangat sepi, yang terdengar hanya suara kotek-kotek ayam mbah sumo dan suara lesung mbah reso jarkasi, kadang sayup-sayup terdengar suara dung-dung dari setuman ( daerah angker).
aku bermain dengan teman - teman sebayaku. teman-teman sebayaku yaitu sarwanto , surayem, mlinjo, mardi, pono, muji, minthul.
( Namun sekarang ibuku dan Bapak sudah tiada, Semoga Tuhan memberikan tempat di Surga , bersama para Kudus dan di sisi kanan Allah Bapa. Amin.)
Langganan:
Postingan (Atom)